Struma Ovarii


Struma Ovarii

Latar Belakang
Pengobatan Ust. Galih Gumelar – Struma ovarii pertama kali dikenal pada tahun1899 dan benar-benar jarang, dengan hanya 150 kasus yang dilaporkan di kepustakaan kedokteran. Karena sifat alamiah jaringan tiroid pada ovarium, maka definisi keganasan dan manajemen struma telah diperdebatkan oleh mereka yang percaya bahwa tumor menyerupai ovarium versus neoplasma tiroid.

Struma ovarii didefinisikan sebagai keberadaan tumor ovarium (ovarian tumor) yang mengandung jaringan tiroid sebagai predominant cell type. Mereka secara khas hadir sebagai bagian dari teratoma namun adakalanya ditemukan dengan kistadenoma musinosa atau serosa (serous or mucinous cystadenomas).

Perubahan (transformation) menuju keganasan jarang terjadi, namun biasanya didefinisikan pada kriteria histologis. Benign strumosis merupakan varian yang jarang dari jaringan tiroid matang yang tertanam di seluruh rongga perut (peritoneal cavity). Strumal carcinoid didefinisikan sebagai keberadaan jaringan carcinoid di dalam struma dan sangat jarang.

Pathophysiology

Pada pemeriksaan makroskopis, struma berwarna coklat atau green-brown dan keras, padat (solid), namun dapat juga sebagian atau keseluruhannya kistik, yang terisi oleh cairan gelatinous (seperti agar-agar). Ovarium kontralateral dapat berisi teratoma lainnya, namun struma jarang bilateral. Sebagian besar jaringan struma tidaklah aktif secara fungsional, dan kasus-kasus yang berhubungan dengan tirotoksikosis dapat terjadi karena stimulasi otoimun dari kelenjar tiroid normal.

Frekuensi

Amerika Serikat
Sekitar 0,8-3% teratoma mengandung jaringan tiroid fungsional atau jaringan tiroid yang menempati sebagian besar massa (thyroid tissue occupying most of the mass). Mereka kemudian diklasifikasikan sebagai suatu struma ovarii. Sekitar 15% teratoma memiliki suatu pusat (focus) jaringan tiroid yang kecil dan nonsignificant.

Mortalitas/Morbiditas

Keganasan (malignancy) didefinisikan oleh berbagai kriteria pada berbagai penelitian yang berbeda, secara prinsip berbeda dengan pengklasifikasian struma baik pada kanker tiroid maupun pada kanker ovarium. Berbagai tipe tumor lainnya, seperti tumor Brenner atau cystadenoma, dapat juga ditemukan dengan struma.
* Perubahan menjadi ganas (malignant) dapat terjadi pada sekitar sepertiga kasus.
* Penyebaran metastatik, yang mengikuti pola kanker ovarium, terjadi pada sekitar 5% kasus yang ganas.

Ras

Karena kasusnya yang jarang, maka belum ada kejelasan predileksi ras untuk struma ovarii.

Usia

* Dekade kelima dan keenam merupakan frekuensi puncak dari usia terjadinya struma ovarii.
* Struma ovarii jarang terjadi sebelum masa remaja (puberty).

Manifestasi Klinis

History
Sebagian besar struma ditemukan saat pemeriksaan patologis dari massa pelvis yang dipotong (excised). Penderita dengan struma secara khas akan datang dengan gejala-gejala terdapat massa di pelvis (the symptoms of a pelvic mass), seperti: nyeri, ada tekanan, dan menstruasi (haid) yang tidak teratur.
* Hanya 8% pasien dengan struma yang datang clinical hyperthyroidism. Hubungan (asosiasi) dan abnormalitas fungsi tiroid yang signifikan terlihat pada 25-33% pasien.
* Efusi pleura dan ascites terkadang ditemukan.

Pemeriksaan Fisik
* Struma selalu ditemukan sebagai massa pelvis, yang dapat dipalpasi pada pemeriksaan fisik, tergantung ukuran dan lokasinya. Sekitar 15% pasien disertai dengan pembesaran kelenjar tiroid.

Diagnosis Banding

1. Hyperthyroidism
2. Massa pelvis (pelvic mass)

Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium
1. Hitung darah lengkap (complete blood count)
2. Golongan darah dan screen
3. Tes cancer antigen 125 (CA125) biasanya dilakukan pada pasien dengan massa pelvis yang padat/solid.
4. Tes fungsi tiroid hanya dilakukan hanya pada pasien dengan symptomatic hyperthyroidism.

Imaging Studies
1. Triple-contrast CT scan pada perut (abdomen) dan pelvis untuk mengevaluasi luasnya (extent) penyakit dan keterlibatan pembuluh limfe (lymph nodes) dan struktur-struktur yang berdekatan lainnya (misal: usus).
2. Pelvic sonography dimungkinkan (optional) jika CT scan telah dilakukan.
3. Mammography sebaiknya dilakukan pada pasien dengan massa pelvis yang asalnya belum diketahui.
4. Radiografi dada pada pasien yang terindikasi.
5. Pada kasus-kasus tertentu, evluasi preoperative dengan uptake sodium iodide I-123 telah dilakukan untuk mendemonstrasikan thyroid uptake pada massa pelvis.

Tes-tes Lainnya
1. Papanicolaou test.
2. Iodine-131 scanning
o Untuk massa yang berukuran lebih besar dari 5 cm atau pada pasien curiga (suspected) struma.
o Untuk mengevaluasi jaringan tiroid aktif di pelvis atau abdomen.
3. Sigmoidoscopy atau colonoscopy untuk mengevaluasi keterlibatan usus jika triple-contrast CT scan tidak tersedia atau jika diduga ada keterlibatan usus.

Prosedur
* Thoracentesis
o Lakukanlah prosedur ini pada pasien dengan efusi pleura ganas (malignant pleural effusion).
o Sitologi dapat memperjelas adenocarcinoma pada pola sel-sel tiroid ganas.

Penemuan Histologis
Pemeriksaan patologis menyatakan jaringan tiroid sebagai komponen utama teratoma. Perubahan ganas jaringan tiroid dapat berpola papillary, follicular, atau campuran (mixed), dan dapat termasuk elemen mucinous cystadenocarcinoma, Brenner tumor, carcinoid, atau melanoma. Birefringent crystals of calcium monohydrate tampak pada sebagian besar pasien, yang dipertimbangkan spesifik untuk tumor thyroid origin. Pewarnaan immunohistochemical untuk thyroglobulin, triiodothyronine (T3), dan thyroxine (T4) dapat mengkonfirmasikan diagnosis. Jarang terjadi vascular invasion.

Penatalaksanaan

Medical Care
* Ablasi dengan iodine-131 telah direkomendasikan sebagai terapi tambahan (adjunctive) jika pemeriksaan patologis atau staging menunjukkan perubahan menuju ganas (malignant transformation).
* Terapi ulangan masih bersifat therapeutic jika diketahui kambuh lagi (recurrence).

Terapi Pembedahan (Surgical Care)
Khusus bagian ini, kami kutipkan pemikiran asli (in English) Bradford W Fenton, MD, PhD, FACOG, Clinical Assistant Professor, Northeast Ohio Universities College of Medicine; Faculty, Obstetrics and Gynecology Residency Training Program, Summa Hospitals Department of Obstetrics and Gynecology; Medical Director, Pelvic Pain Specialty Center, dan American College of Obstetricians and Gynecologists

Definitive therapy depends on the extent of preoperative disease and the future childbearing wishes of the patient.
* Since most cases are unilateral and jinak (benign), simple oophorectomy is appropriate for most patients.
* If the contralateral ovary is involved or if the patient has finished childbearing, total hysterectomy with bilateral salpingo-oophorectomy is appropriate.
* If evidence of peritoneal metastasis is present, appropriate debulking is indicated. In patients with thyroid involvement, a concomitant thyroidectomy has been advocated.
* Preoperative details
o Symptoms of thyroid involvement are rare, thus preoperative thyroid testing or thyroid scanning is unlikely to have occurred.
o Most cases are found incidentally.
* Intraoperative details
o Most cases are found as part of a mature teratoma.
o Standard surgical resection is sufficient.
* Postoperative details
o Postoperative changes in thyroid function can range from hypothyroidism to thyroid storm.
o Stimulating antibody release has been implicated in hyperthyroid cases.

Komplikasi

* Perubahan yang berarti (significant) pada fungsi tiroid dapat terjadi pada periode immediate perioperative.
Prognosis
* Pada mayoritas pasien, struma itu jinak (benign), dan prognosisnya baik sekali (excellent). Bahkan pada kasus-kasus ganas, adjuvant iodine-131 ablation dengan surgical extirpation terbukti berefek menyembuhkan (curative).
* Kambuh lagi (recurrence) dapat dideteksi menggunakan iodine-131 scanning, dan mengulang iodine radioablation dapat memicu keadaan “extended disease-free survival“.

Further Inpatient Care

* Untuk pasien dengan struma yang terjadi di teratoma yang matang (mature), standard surgical follow-up care telah mencukupi.
* Untuk pasien dengan malignant transformation dan vascular invasion, iodine-131 scanningThyroidectomy dapat dipertimbangkan, dan ablasi jaringan tiroid yang aktif menggunakan iodine-131 telah direkomendasikan (advocated).

Tahukah Anda?

* Karena struma ovarii sangat jarang ditemukan, maka belum ada konsensus pada pengelolaannya (treatment). Setiap kasus sebaiknya dikelola secara perseorangan (individually).

Bacaan Lebih Lanjut

1. Dardik RB, Dardik M, Westra W. Malignant struma ovarii: two case reports and a review of the literature. Gynecol Oncol. Jun 1999;73(3):447-51.

2. Ihalagama IR, Hewavisenthi SJ, Wijesinghe PS. Pregnancy following treated malignant struma ovarii. Ceylon Med J. Sep 2004;49(3):90-1.

3. Utsunomiya D, Shiraishi S, Kawanaka K. Struma ovarii coexisting with mucinous cystadenoma detected by radioactive iodine. Clin Nucl Med. 2003;28(9):725-7.

4. Zakhem A, Aftimos G, Kreidy R. Malignant struma ovarii: report of two cases and selected review of the literature. J Surg Oncol. Jan 1990;43(1):61-5.

5. Roth LM, Talerman A. The enigma of struma ovarii. Pathology. Feb 2007;39(1):139-46.
sebaiknya dilakukan untuk mengetahui lokasi metastases yang aktif.

Struma (Pembesaran Kelenjar Gondok)


Pengobatan Ust.Galih Gumelar – Struma adalah pembesaran kelenjar gondok yang disebabkan oleh penambahan jaringan kelenjar gondok yang menghasilkan hormaon tiroid dalam jumlah banyak sehingga menimbulkan keluhan seperti berdebar – debar, keringat, gemetaran, bicara jadi gagap, mencret, berat badan menurun, mata membesar, penyakit ini dinamakan hipertiroid (graves’ disease). Ada juga struma yang tidak menimbulkan gejala seperti itu bahkan tidak ada gejala sama sekali sehingga pasien datang berobat hanya karena keluhan merasa takut atau risih karena gondoknya membesar, hal ini bisa disebabkan oleh cairan tiroid (kista tiroid) dan kanker kelenjar tiroid. Struma juga bisa disebakan oleh asupan mineral yodium yang kurang dalam waktu yang lama (gondok endemik). Pemeriksaan yang dilakukan adalah mengetahui dulu status horman tiroid dengan pemeriksaan FT4 dan TSH, USG kelenjar tiroid dan scanning kelenjar tiroid. Pengobatan dari struma ini tergantung dari status horman tiroid (hipertiroid, eutiroid atau hipotiroid), dari USG apakah mengandung cairan (kista tiroid) dan dari scanning tiroid (HOT atau COLD) nodul.

STRUMA NODOSA NON TOKSIK. (PEMBESARAN KEL, TIROID)


STRUMA NODOSA NON TOKSIK

PENGERTIAN
Pengobatan Ust.Galih Gumelar – Struma nodosa non toksik merupakan pembesaran kelenjar tiroid yang teraba sebagai suatu nodul ,tanpa disertai tanda – tanda hipertiroidisme,berdasarkan jumlah nodul ,dibagi :
• Struma mononodosa non toksik
• Struma multinodosa nontoksik

Berdasarkan kemampuan menangkap iodium radioaktif,nodul dibedakan menjadi : nodul dingin ,nodul hangat,nodul panas,

Sedangkan berdasarkan konsistensinya ,nodul dibedakan menjadi ;nodul lunak ,nodul kistik, nodul keras,nodul sangat keras,

DIAGNOSIS
Anamnesis :
• Sejak kapan benjolan timbul
• Rasa nyeri spontan atau tidak spontan ,berpindah atau tetap
• Cara membesarkanya : cepat atau lambat
• Pada awalnya berupa satu benjolan yang membesar menjadi beberapa benjolan atau hanya pembesaran leher saja
• Riwayat keluarga
• Riwayat penyinaran daerah pada waktu kecil/muda
• Perubahan suara
• Gangguan menelan ,sesak nafas
• Penurunan berat badan
• Keluhan tirotoksikosis

Pemeriksaan fisik ;
• Umum
• Local ;
o Nodul tunggal atau majemuk,atau difus
o Nyeri tekan
o Konsistensi
o Permukaan
o Perlekatan pada jaringan sekitarnya
o Pendesakan atau pendorongan trakea
o Pembesaran kelenjar getah bening regional
o Pemberton’s sign

Penilaian risiko keganasan :
Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang mengarahkan diagnostic penyakit tiroid jinak ,tetapi tak sepenuhnya menyingkirkan kemungkinan kanker tiroid :
• Riwayat keluarga dengan struma nodosa atau difusi jinak
• Riwayat keluarga dengan tiroiditis hashimoto atau penyakit tiroid autoimun,
• Gejala hipo atau hipertiroidisme
• Nyeri berhubungan dengan nodul
• Nodul lunak, mudah degerakan
• Multinodul tanpa nodul yang dominant ,dan konsistensi sama.

namnesis dan pemeriksaan fisik yang meningkatkan kecurigaan kearah keganasan tiroid :
• Umur 70 tahun
• Gender laki- laki
• Nodul disertai disfagi ,serak atau obstruksi jlan napas
• Pertumbuhan nodul cepat ( beberapa minggu – bulan )
• Riwayat radiasi daerah leher waktu usia anak – anak atau dewasa ( juga meningkatkan insiden penyakit nodul tiroid jinak )
• Riwayat keluarga kanker tiroid meduler
• Nodul yang tunggal ,berbatas tegas ,keras,irregular dan sulit digerakan
• Paralysis pita suara
• Temuan limpadenofati servikal
• Metastasis jauh ( paru-paru ),DLL

Langkah diagnosis I :TSHs FT4
Hasil : non –toksis – langkah diagnostic H :BAJAH nodul tiroid
Hasil ; A ganas
B curiga
C jinak
D tak cukup /sediaan tak representative

DIAGNOSIS BANDING
• Struma nodosa yang terjadi pada peningkatan kebutuhan terhadap tiroksin saat masa pertumbuhan ,pubertas laktasi,menstruasi,kehamilan menopause,infeksi,stes lain .
• Tiroiditis akut
• Tiroiditis subakut
• Tiroiditis kronis,limpositik (hashimoto),fibrous-invasif ( riedel )
• Simple goiter
• Struma endemic
• Kista tiroid,kista degenerasi
• Adenoma
• Karsinoma tiroid primer,metastatik
• Limfoma

PEMEIKSAAN PENUNJANG
• Laboratorium : T4 atau T3, dan TSHs
• Biosi aspirasi jarum halus ( BAJAH ) nodul tiroid
o Bila hasil laboratorium; non –toksik
o Bila hasil lab,(awal ) toksik,tetapi hasil scan : cold nodule – syrat sudah menjadi eutiroid,
• USG tiroid
o Pemantau kasus nodul yang tidak diopersi
o Pemendu pada BAJAH
• Sidik tiroid :
o Bila klinis ganas,tetapi hasil sitologi dengan BAJAH ( 2 X );jinakm ,
o Hasil sitologi dengan BAJAH : curiga ganas
• Petanda keganasan tiroid ( bila ada riwayat keluarga dengan karsinoma tiroid medular,diperiksakan kalsitonik)
• Pemeriksaaan antitiroglobulin bila TSHs meningkat,curiga penyakit hashimoto

Maksimalkan Kinerja Otak


Pengobatan Ust. Galih Gumelar – Sudah sejak awal milenium ini, beberapa penelitian semakin membuktikan mengenai adanya hubungan erat antara musik dengan otak manusia. Pada tahun 1960, sebuah institut musik didirikan di Hungaria. Hasilnya, para murid di sana mendapat hasil yang luar biasa dalam pelajaran akademiknya. Kemudian, Belanda menyusul pada tahun 1968 dengan menyusun kurikulum musik bagi para siswa. Tak ketinggalan, Jepang mengikuti. Sebuah laporan ilmiah mengatakan bahwa sekolah-sekolah di Amerika yang memiliki siswa-siswa paling berprestasi adalah sekolah yang menyisihkan 20%-30% anggarannya di bidang seni, khususnya seni musik. Promosi seputar manfaat musik bagi kecerdasan sangat gencar beredar. Bahkan, kita pun kini bisa menstimulasi kecerdasan anak sejak masih di dalam kandungan.

Tetapi, sebenarnya kelebihan musik tidaklah berhenti sampai di situ. Masih ada beragam manfaat lainnya yang layak kita maksimalkan. Gunakan musik dalam keseharian kita untuk:

Meningkatkan konsentrasi. Sedang dilanda penasaran saat membaca novel kesayangan, namun pikiran kerap melayang kemana-mana. Mencoba berkonsentrasi, tetapi tetap tidak bisa juga. Solusi dari Stanford University School of Medicine untuk masalah klasik ini: Bacalah sambil mendengarkan musik!

Studi yang dilakukan oleh universitas tersebut menemukan bahwa suara musik dapat menyentuh bagian otak yang mengatur konsentrasi dan membuatnya bekerja lebih giat. Ini terlihat jelas pada gambaran yang diperoleh dari FMRI (Functional Magnetic Resonance Imaging). Terbukti, jika musik yang dimainkan adalah musik klasik jaman Barok, maka otak akan bekerja dengan maksimal. Berbagai informasi yang berada di dalam otak akan diatur dengan lebih rapi dan teratur.

Mengusir emosi negatif. Hati sedang jengkel, marah, atau stres karena mengalami banyak masalah? Putar saja CD kesukaan. Musik dapat meningkatkan produksi hormon endorfin yang diproduksi oleh bagian hipotalamus di otak, demikian menurut Don Campbell, seorang peneliti internasional sekaligus pengajar dan penulis buku Heal Your Self with Music. Berfungsi sebagai painkiller alami, endorfin dapat membangkitkan rasa senang dan mengusir semua perasaan negatif yang kerap kita alami dalam kehidupan sehari-hari.

Membuat awet muda. Satu lagi manfaat endorfin: Hormon yang satu ini juga dapat meningkatkan mood untuk bercinta. Sebuah penelitian dilakukan selama 10 tahun dan melibatkan 3500 orang, yang dikepalai oleh Dr. David Weeks, seorang ahli bidang neuro-psikologi di Edinburgh Hospital. Hasilnya menyebutkan bahwa wanita dan pria yang berhubungan seks sebanyak 4-5 kali dalam seminggu, terlihat 10 tahun lebih muda dibanding mereka yang melakukannya dua kali dalam seminggu.

“Seks yang berkualitas membuat kita bahagia. Dan kebahagiaan dapat membuat kita awet muda,” demikian menurut David Weeks.

Menyembuhkan insomnia. Sulit tidur akhir-akhir ini? Jangan-jangan ada masalah dengan kadar hormon melatonin yang diproduksi oleh bagian pinealocita di otak. Melatonin adalah hormon yang dapat membuat kita mengantuk. Kekurangan melatonin bisa menyebabkan insomnia. Tetapi jangan khawatir. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Leonid Kayumov, asisten profesor di Departemen Psikiatri, University of Toronto, ritme dan irama dari musik dapat memicu produksi hormon melotonin sehingga kondisi kita menjadi lebih rileks dan otak jadi lebih tenang.

Meningkatkan semangat olahraga. Musik bisa menciptakan suasana yang membangkitkan semangat dan kebersamaan. Termasuk semangat dan kebersamaan dalam berolahraga. Itulah hasil penelitian terbaru dari Hampden-Sydney College di Virginia, Amerika Serikat. Sesi olahraga menjadi lebih menyenangkan dengan bantuan musik. Akhirnya, kita pun jadi lebih semangat menjalaninya. Menurut Costas Karageorghis, PhD, seorang ahli di bidang psikologi olahraga di Brunel University, London, musik dapat menciptakan suasana ceria. Seperti bebauan, irama musik dapat masuk hingga ke relung otak yang terdalam, yang bahasa verbal paling indah di dunia pun tak mampu melakukannya.

Costas juga berpesan, musik dengan irama menghentak adalah jenis musik terbaik jika pilihan olahraga Anda adalah kardio, Thai boxing, bersepeda gunung, atau jenis olahraga berirama keras lainnya.

Mengasah pendengaran. Sebuah studi terbaru meneliti dua kelompok relawan yang duduk dalam ruang gelap. Mereka diminta mendengarkan suara “bip” yang datang dari segala arah secara acak, sekaligus memperhatikan kilatan-kilatan cahaya yang juga datang secara acak. Hasilnya, mereka yang bisa menebak hampir semua arah suara dan cahaya dengan tepat adalah mereka yang berprofesi sebagai konduktor selama lebih dari 10 tahun. Telinga dan otak mereka telah terlatih mendengarkan musik sambil memperhatikan lingkungan sekitarnya. Terbukti bahwa mereka juga adalah pendengar yang baik ketika menyimak suatu cerita.

Resep Panjang Umur: Hindari Obat Kimia Buatan


Pengobatan Ust. Galih Gumelar – Panjang umur dan sehat dapat diperoleh orang dengan mempraktikkan pola hidup seimbang dalam kegiatan sehari-hari, antara lain dengan tidak sering mengonsumsi obat atau makanan yang mengandung bahan kimia buatan.

“Untuk sembuh dari flu, misalnya, makanlah bubur dan minum air hangat lalu badan diselimuti supaya keringat keluar,” kata dokter Hu Nai Wen, ahli pengobatan metode barat dan timur,

Selain itu, ada titik akupuntur di bagian depan siku tangan yang manjur untuk menghilangkan sesak nafas penderita asma. Dua pendekatan itu dikatakannya akan lebih baik untuk kesehatan daripada mengonsumsi obat-obatan berbahan kimia buatan.

Usia panjang di atas 100 tahun dan sehat, menurut Hu, bukan suatu impian bila orang ketat menerapkan pola hidup seimbang dan menghindari makanan yang sudah diberi bahan pengawet formalin atau melamin.

Hindari makanan-minuman penyebab peningkat kolestrol, kadar gula darah dan darah tinggi. Ia menganjurkan orang untuk rutin berolahraga, bermeditasi, punya waktu istirahat yang cukup dan sering menikmati mewangian serta musik dan lukisan.

Mengenai lukisan, ia mengemukakan, selain harus yang baik dan bermoral juga dapat dimengerti oleh penikmatnya, antara lain pemandangan yang indah.

Tentang jenis olahraga, Hu beropendapat, baik lama maupun jenisnya tidak ada pastikan karena kebutuhan dan kemampuan masing-masing orang berbeda.

Ia menyatakan, orang yang mampu mengangkat beban berat atau lari jauh, memang kuat, tetapi belum tentu yang berlebihan akan selalu baik bagi kesehatan yang bersangkutan.

Bindeng, Pilek hingga Kanker


Pengobatan Ust. Galih Gumelar – Kebanyakan atau malah semua orang pernah bersuara sengau (bindeng). Saat flu berat, misalnya, suara biasanya jadi tidak normal. Kadang, kita bergurau dengan menyengaukan suara. Tapi, apa sesungguhnya sengau atau bindeng itu?

Menurut dr Irwan Kristyono SpTHT-KL, bindeng (rhinolalia) adalah keluarnya suara yang tak seperti biasa. Gejala tersebut biasanya muncul saat seseorang menderita flu berat. Pria, wanita, anak-anak, dan orang dewasa bisa mengalaminya.

”Karena banyaknya sekret yang menutupi hidung, sinus paranasal jadi tak berfungsi optimal,” katanya. Padahal, salah satu fungsi sinus paranasal di hidung adalah menggemakan suara.

Menurut dokter spesialis THT RSU dr Soetomo itu, warna suara tak hanya dibentuk dari pita suara. Rongga di wajah, terutama di bagian mulut dan hidung, juga berpengaruh. Jika ada hal yang membuat rongga di hidung dan mulut buntu, suara yang keluar akan sengau.

Ada dua jenis bindeng. Yakni, aperta dan oklusa. Sengau oklusa terjadi akibat sumbatan benda cair atau padat. ”Sumbatan benda cair, antara lain, terjadi ketika kita pilek berat,” ungkap Irwan. Sumbatan benda padat bisa berupa tumor, polip, atau benda asing yang sengaja atau tidak sengaja masuk ke hidung.

Bindeng aperta terjadi akibat kelumpuhan anatomis atau kerusakan tulang di hidung dan mulut. Menurut ketua divisi rinologi RSU dr Soetomo-FK Unair tersebut, kelumpuhan anatomis itu tak disebabkan trauma. Yang paling sering, itu terjadi karena stroke.

”Stroke tak hanya memengaruhi saraf di kepala. Saraf yang memelihara otot di langit-langit juga ikut lumpuh,” terang Irwan. Akibatnya, pengucapan huruf seperti “ng” atau huruf lain yang menggunakan otot di langit-langit jadi tak normal.

Bindeng aperta juga terjadi bila ada kerusakan struktur anatomi. Misalnya, penyakit ozaena (rhinitis chronic atrophy). Penyakit itu jarang terjadi, tapi sangat bahaya. Sebab, penyakit tersebut menggerogoti struktur dalam hidung. ”Akibatnya, tulang rawan hidung berlubang dan rusak berat. Itu juga membuat suara jadi bindeng,” jelasnya.

Irwan menyatakan, penanganan bindeng bergantung penyebabnya. Untuk bindeng oklusa, penyebab bindeng disembuhkan lebih dulu. Jika pilek sembuh, dengan sendirinya suara kembali normal. Tapi, bila penyebabnya polip, harus dioperasi.

”Kalau disebabkan kanker nasofaring atau hidung, bindeng ditangani sesuai stadium. Itu bisa berupa operasi pengambilan tumor kalau masih stadium awal. Jika sudah stadium lanjut, bisa dilakukan radioterapi dan kemoterapi,” terangnya.

Hal serupa terjadi pada bindeng aperta. Dokter 47 tahun tersebut mengungkapkan, bila penyebabnya infeksi, infeksi disembuhkan lebih dulu. Lalu, pasien bisa menjalani operasi rekonstruksi untuk mengganti tulang rawan yang berlubang dan rusak.

Hal yang sama dilakukan bila penyebab bindeng adalah stroke. Penyakit tersebut harus disembuhkan lebih dulu. Kemudian, pasien bisa menjalani serangkaian terapi, terutama speech therapy. ”Khusus stroke, speech therapy biasanya dilakukan oleh spesialis rehabilitasi medis,” katanya. Ada speech therapy di Poli Audiologi RSU dr Soetomo. Itu ditujukan khusus untuk pasien penyakit infeksi hidung dan langit-langit.

Nyeri Lambung Gejala Gastritis


Pengobatan Ust. Galih Gumelar – Anda yang memiliki aktivitas pekerjaan padat pasti pernah merasakan mual di bagian lambung. Biasanya kita mengenalnya sebagai penyakit maag, tapi mungkin saja itu adalah gejala awal gastritis. Gastritis adalah radang atau iritasi yang terjadi pada dinding lambung. Gastritis merupakan kondisi yang disebabkan oleh beberapa sebab. Gejala yang biasa dirasakan adalah nyeri atau rasa tidak enak pada bagian atas perut, yang kadangkala disebut mual.

Ada dua jenis gastritis, pertama gastritis akut yang mungkin disebabkan oleh luka bakar yang serius, operasi besar, aspirin atau zat anti radang lainnya, kortikosteroid, obat-obatan, makanan atau adanya virus, bakteri atau racun kimia. Kedua gastritis kronik biasanya merupakan tanda adanya penyakit lain seperti tukak lambung (peptic ulcer), kelainan imunitas, kanker lambung atau anemia.

Pada orang dengan gastritis, gejala yang sering dikeluhkan adalah nyeri atau rasa tidak nyaman pada bagian atas perut, bagian tengah. Nyeri lambung dapat terjadi di bagian kiri atas perut dan nyeri bisa terasa menjalar sampai ke punggung. Orang seringkali menggunakan istilah rasa terbakar, nyeri yang terus menerus, nyeri yang menggigit atau perih untuk menggambarkan nyeri yang dirasakan. Biasanya hanya merupakan rasa tidak nyaman yang samar, tetapi nyerinya dapat juga seperti ditusuk-tusuk dan diiris-iris. Rasa kembung yang hadir biasanya tidak mengurangi nyeri atau hanya mengurangi sebentar saja. Gejala lainnya seperti mual dan muntah, cairan yang keluar mungkin bening, hijau atau kuning, ada sedikit darah atau muntah darah, tergantung dari seberapa parah peradangan lambung yang terjadi. Terkadang bahkan disertai dengan pembengkakan dan rasa penuh pada bagian atas perut.

Ada beberapa tindakan medis yang akan dilakukan bila anda telah terdiagnosis terkena gastritis. Dokter akan segera mulai pengobatan. Pilihan pengobatan tergantung dari penyebab gastritis yang dialami. Beberapa pengobatan ditujukan untuk penyebab pasti gastritis. Pengobatan lainnya bertujuan untuk mengurangi gejala yang timbul. Lambung anda akan pulih bila dilindungi. Pengobatan yang paling aman adalah menghindari kondisi yang memacu terjadinya gastritis. Ini adalah langkah awal pencegahannya. Banyak orang tidak mengetahui secara pasti apa yang menyebabkan terjadinya gastritis sebelum menjalani pengobatan. Bila anda tidak mengetahui pemicunya, dokter anda dapat membantu mencari penyebabnya. Beberapa hal yang harus dihindari adalah stress, rokok, alkohol, kopi dan minuman lain yang mengandung kafein seperti cola dan teh.

Banyak orang dapat pulih dari gastritis. Tergantung dari banyak faktor yang mempengaruhi dinding lambung anda, gejala gastritis timbul sewaktu-waktu. Namun secara keseluruhan, gastritis adalah hal yang biasa, rasa tidak enak yang dapat diobati hanya dengan pengobatan yang sederhana. Namun, dalam beberapa kasus yang sangat jarang (seperti, perdarahan di dalam lambung), gastritis dapat menyebabkan hal-hal yang serius atau bahkan mengancam kehidupan.

Kontrasepsi Suntikan Menyebabkan Peningkatan Berat Badan



Pengobatan Ust. Galih Gumelar – Wanita yang menggunakan kontrasepsimedroxyprogesterone acetate (DMPA) atau dikenal dengan KB suntik 3 bulan, rata-rata mengalami peningkatan berat badan sebanyak 11 pon atau 5,5 kg dan mengalami peningkatan lemak tubuh sebanyak 3,4% dalam waktu 3 tahun pemakaian, berdasarkan penelitian yang dilakukan olehUniversity of Texas Medical Branch (UTMB).

Sedangkan bagi mereka yang mengganti kontrasepsi hormonal ke non-hormonal akan mengalami penurunan berat badan dan massa lemak akibat pemakaian kontrasepsi hormonal sebelumnya. Bagi mereka yang beralih ke kontrasepsi oral atau pil setelah melakukan kontrasepsi suntikan, akan mengalami kenaikan berat badan sekitar 4 pon atau 2 kg dalam jangka waktu yang sama. Peningkatan berat badan akan tergantung dari lamanya suntikan DMPA digunakan.

DMPA adalah kontrasepsi suntikan yang diberikan setiap 3 bulan sekali. Kontrasepsi ini banyak digunakan karena memiliki angka kegagalan yang rendah, tidak mahal, dan tidak perlu dikonsumsi setiap hari.

Para perempuan dan para dokter harus memikirkan masalah ini sebelum memutuskan kontrasepsi terbaik yang akan digunakan. Yang perlu diperhatikan juga, DMPA berkaitan dengan peningkatan lemak abdominal (perut), salah satu komponen dari sindroma metabolik yang berkaitan dengan peningkatan risiko penyakit jantung, stroke, dan diabetes.

Penelitian yang dilakukan melibatkan 703 wanita yang dibagi dalam 2 kategori, usia 16 – 24 tahun, dan usia 25 – 33 tahun, menggunakan kontrasepsi DMPA (KB suntik 3 bulan), oral (desogestrel) atau nonhormonal (kondom, abstinensia) selama 3 tahun. Para peneliti membandingkan berat badan dan konposisinya yang mencakup pengaruh usia, ras, intake atau asupan kalori, dan olahraga atau aktivitas fisik selain dari faktor-faktor lain.

Ketika peneliti membandingkan ketiga grup ini, pengguna DMPA memiliki risiko 2 kali lipat dibandingkan pengguna kontrasepsi lainnya untuk mengalami obesitas selama 3 tahun pemakaian. Meskipun begitu, penelitian lanjutan diperlukan guna memastikan apakah DMPA memang memiliki pengaruh langsung peningkatan berat badan yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan.

Mekanisme mengenai bagaimana DMPA menyebabkan peningkatan berat badan dan massa lemak tubuh masih belum diketahui secara pasti. Sementara itu diketahui bahwa tidak ada hubungan antara DMPA yang masuk ke dalam tubuh dengan masukan kalori, konsumsi lemak, atau jumlah aktivitas fisik di dalam perubahan massa tubuh.

Penelitian ini masih memerlukan penelitian lanjutan untuk lebih memastikan mengenai penyebab kenaikan berat badan pada penggunaan kontrasepsi DMPA.

Bayi Kuning Hari Pertama Kelahiran


Bayi Kuning Hari Pertama Kelahiran Penyebab Kejang Pada Anak”

Pengobatan Ust. Galih Gumelar – Orang tua harus tanggap terhadap perkembangan buah hatinya, baik terhadap perubahan fisik, apalagi ketika buah hati mereka sedang sakit. Berbagai macam penyakit saat ini rentan diderita oleh anak-anak. Orang tua harus terus menggali informasi dan wawasan tentang perkembangan kesehatan anak. Beberapa penyakit bahkan hadir tanpa gejala.

Salah satunya adalah kejang pada anak. Kejang terjadi karena lepasnya muatan listrik yang berlebihan pada saat yang bersamaan dari sekelompok sel saraf di otak. Gejala yang nampak yakni adanya gerakan yang tidak beraturan, berulang-ulang dengan atau tanpa gangguan kesadaran. Gejala ini timbul tergantung pada begian otak yang terkena. Demikian diungkapkan Prof. dr. Darto Suharso, SpA(K) pada sebuahSeminar Awam Serba-Serbi Seputar Masalah Kesehatan Anak yang diadakan oleh RS Mitra Keluarga di Ciputa Golf & Hotel Surabaya, Minggu (26/4). Kejang menurut Prof. dr. Darto disebabkan oleh beberapa faktor resiko, antara lain adanya cedera karena persalinan, kekurangan oksigen saat kelahiran, bayi kuning, dan infeksi saat kehamilan (TORCH) terutama pada trimester pertama dikatakan sebagai penyebab kejang. Kuning disebut sebagai faktor resiko bila terjadi pada hari pertama kelahiran. ”Bayi kuning akan normal bila terjadi pada hari ketiga,” ujar Prof. dr. Darto Suharso, SpA(K).

Sedangkan memasuki anak-anak, kejang biasanya terjadi karena adanya infeksi otak, trauma kepala akibat jatuh, kekurangan cairan karena diare dan muntah, kejang demam, dan epilepsi (ayan). Gejala awal pada epilepsi biasanya ditandai dengan kejang 2 kali atau lebih tanpa disertai panas. Jarak kejang pertama dan kedua lebih dari 24 jam. 70% kejang pada epilepsi mudah diatasi dengan obat yang tepat dan teratur (jika tidak ada kelainan struktur otak). Sedangkan 30% kejang pada epilepsi dulit diatasi dengan obat anti epilepsi. Diperlukan obat kombinasi 2 sampai 3 macam obat, namun jika kejang sulit terkontrol maka tindakan operasi menjadi alternatif pengobatan selanjutnya. Kejang demam sendiri terjadi akibat kenaikan suhu tubuh secara mendadak kerana penyakit diluar otak.

Bila menemukan tanda dan gejala tersebut diatas, orang tua sebaiknya waspada. Kejang dapat mengakibatkan terjadinya kekurangan oksigen di otak, kekurangan gula di otak, pembengkakan otak, dan panas tinggi hingga 40ºC. Panas tinggi inilah yang kemudian disebut sebagai kejang demam, yakni kejang yang terjadi akibat kenaikkan suhu tubuh secara mendadak karena penyakit diluar otak. Secara klinis kejang juga dapat mengakibatkan cacat fisik, cacat mental, gangguan perilaku, gangguan belajar, epilepsi hingga kematian.

Lantas, apa yang harus dilakukan orang tua pada saat anak kejang ?. Berikut tips dari Prof. dr. Darto Suharso, SpA(K) :

  1. Tetap tenang dan tidak panik
  2. Kendorkan pakaian, terutama disekitar leher
  3. Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring
  4. Bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau hidung
  5. Jangan memasukkan sesuatu ke dalam mulut, karena mengakibatkan keruakan rahang
  6. Ukur suhu, observasi dan catat lama serta bentuk kejang
  7. Tetap bersama pasien selama kejang
  8. Berikan diazepam rektal, dan jangan diberikan bila kejang telah berhenti
  9. Bawa ke dokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau lebih

Seminar kesehatan kali ini juga menghadirkan beberapa narasumber lainnya seperti Prof. dr. M. Sjaifullah Noer, SpA(K) yang menyampaikan tentang ’Ngompol pada Anak, Penyebab dan Penanggulangannya’, Prof. dr. Subijanto, MS, SpA(K) “Diare, Penyebab dan Penaggulangannya”, dr. M. Connie Untario, SpA ”Mengapa Anak Saya Pendek ?”, dan dr. Landia Setiawati, SpA(K) yang memberikan materi tentang ”Batuk Alergi, Asma, Penyebab dan Penanggulangannya”.

Bahaya Mengorok


Pengobatan Ust. Galih Gumelar – Mengotrok bukan sekadar kebiasaan buruk yang mengganggu teman tidur. Mengorok juga bisa menyebabkan beragam penyakit berbahaya seperti sakit jantung dan stroke.

Bagi Endi Bayuni, 51, mengorok saat tidur sudah menjadi bagian dari hidupnya selama bertahun-tahun. Semula, redaktur harian The Jakarta Post itu menganggapnya sebagai hal yang wajar.

Ia juga tidak pernah menyangka serangan kantuk di siang hari yang kerap membuatnya tertidur di tengah rapat atau bahkan saat menyetir mobil ternyata berhubungan dengan tidur mengorok yang selama ini dialaminya.

Hingga akhirnya, atas saran seorang teman, Endi menjalani pemeriksaan di sebuah laboratorium tidur pada sebuah rumah sakit. Hasilnya menunjukkan kualitas tidur Endi tergolong sangat buruk. Rekaman laboratorium menunjukkan ketika tidur ia mengorok dengan disertai periode berhenti bernapas berkali-kali. Hal itu berdampak buruk pada kualitas kesehatan Endi.

Untuk mengatasinya, Endi disarankan menggunakan masker khusus yang harus digunakan saat tidur. Untuk lebih memantapkan diagnosis, Endi kemudian mencari second opinion dengan berkonsultasi pada dokter lain.

”Waktu itu saya datang ke dokter THT (spesialis telinga hidung & tenggorok). Ia menyarankan saya menjalani operasi di mulut agar tidak mengorok lagi. Meski dikatakan itu operasi kecil, saya tidak berani menjalaninya,” tutur Endi.

Akhirnya, Endi pun memilih penggunaan masker khusus untuk mengatasi gangguan tidur yang dialaminya. Endi mengaku alat tersebut sangat bermanfaat. Selain bebas dari kebiasaan mengorok, ia tidak lagi terkantuk-kantuk di siang hari. ”Awalnya memang agak repot, tapi lama-lama jadi terbiasa. Terlebih, manfaatnya sangat membantu,” ujar Endi.

Apa yang dituturkan Endi bisa jadi dialami juga oleh banyak orang lain. Mereka memiliki kebiasaan tidur mengorok dan menganggapnya sebagai sebuah kewajaran. Padahal, seperti yang dibuktikan Endi melalui pemeriksaan di laboratorium tidur, kebiasaan mengorok juga perlu diwaspadai.

”Mengorok yang perlu diwaspadai adalah mengorok yang disertai periode henti napas. Dalam dunia medis, hal itu dikenal sebagai obstructive sleep apnea (OSA) dan merupakan salah satu jenis gangguan tidur yang serius,” ujar dr Andreas Prasadja, sleep technologist dari Rumah Sakit (RS) Mitra Kemayoran Jakarta, pada kesempatan yang sama.

Lebih lanjut, dokter penyandang gelar registered polysomnographic technologist (RPSGT) dari Sleep Medicine & Technology University Sidney itu mengungkapkan mengorok terjadi karena menyempitnya jalan udara pernapasan di sekitar pangkal tenggorok oleh jaringan soft palate.

Soft palate merupakan jaringan lunak di pangkal langit-langit mulut. Saat tidur, otot-otot dalam keadaan rileks, soft palate akan jatuh terkulai ke pangkal tenggorok dan mempersempit rongga pernapasan. Hal itulah yang menyebabkan peristiwa mengorok.

Henti napas

Ketika soft palate jatuh hingga menutup seluruh jalan pernapasan, udara tidak dapat masuk paru dan terjadilah henti napas. Peristiwa henti napas ditandai dengan suara mengorok yang tersendat dan dada naik turun berusaha mengambil udara pernapasan.

Seseorang yang mengalaminya kemudian akan terjaga sejenak dari tidur untuk mengambil napas dengan tersengal-sengal (gasping). Meski terjaga, penderita tidak terbangun dari tidur. ”Peristiwa henti napas terjadi berkali-kali tanpa disadari karena saat itu penderita tetap tertidur,” ujar Andreas.

OSA membuat kualitas tidur penderitanya memburuk. Bahkan bisa membuat penderitanya mengalami penyakit berbahaya seperti hipertensi, jantung, stroke, dan diabetes. Penyakit itu muncul sebagai dampak kekurangan suplai oksigen dan meningkatnya kadar karbon dioksida dalam tubuh yang terjadi saat penderita OSA mengalami henti napas. Henti napas pada penderita OSA bisa terjadi hingga puluhan detik.

OSA ditandai dengan beberapa gejala. Antara lain, tidur mengorok, bangun tidur tubuh terasa lesu, sakit kepala, rasa mengantuk berlebih di siang hari, menurunnya performa kerja maupun belajar, dan sering tabrakan saat mengendarai mobil atau motor.

Andreas menambahkan, penegakan diagnosis OSA dilakukan dengan pemeriksaan di laboratorium tidur (sleep study). Pasien harus menginap dan tidur semalam di laboratorium tersebut. Saat pasien tertidur, dilakukan perekaman terhadap pernapasan, gelombang otak, dan jantung.

”Seseorang yang mengalami henti napas 0-5 kali per jam masih digolongkan normal. Bila henti napas terjadi 5-15 kali per jam tergolong OSA ringan, 5-30 kali per jam tergolong sedang, dan lebih dari 30 kali tergolong berat,” terang Andreas.

Sejauh ini, belum ada obat-obatan yang bisa mengatasi OSA. Untuk mengatasinya bisa dilakukan dengan operasi pemotongan sebagian jaringan soft palate atau penggunaan masker continuous positive airway pressure therapy (CPAP). Masker CPAP harus digunakan penderita sewaktu tidur. Masker itu berfungsi mengalirkan udara bertekanan sehingga penderita OSA tidak mengalami henti napas.